Cerita Anak : Aku si Petualang Cilik


Aku si petualang cilik
Tri Rahma Dhini




“Yeay, akhirnya ayah mengajakku untuk berpetualang naik gunung”
Sepasang mata syifa berbinar-binar, saat ayah mengajak dirinya untuk naik gunung. Syifa belum pernah sekalipun naik gunung. Selama ini, syifa hanya melihat photo-photo ayah naik gunung.

Tapi.. syifa mengingat sesuatu. Ayah pernah bercerita bahwa naik gunung tidaklah mudah. Melewati bebatuan dengan jalan yang terus menanjak. Pasti rasanya capek.

“Apa aku sanggup naik gunung ya yah?”
“Ayah yakin syifa pasti bisa! Syifa kan anak yang hebat.” Ayah tersenyum lebar.

Esok harinya, syifa dan ayah sudah bersiap untuk berpetualang naik gunung. Syifa tampak semangat dan bangun lebih pagi dari biasanya.

Perjalanan menuju gunung papandayan membutuhkan waktu 8 jam. Selama diperjalanan syifa tidak bisa tidur. Ia tegang, menanti perjalanan ini. Karena naik gunung adalah pengalaman pertamanya.

“Berapa lama lagi kita akan sampai yah?”
“1 jam lagi kak, tidurlah. Nanti kalau sudah sampai ayah akan bangunkan.” kata ayah

Tiba-tiba ayah ngerem mendadak. Syifa pun terbangun dari tidurnya.

“Apa kita sudah sampai yah?”
“Sudah kak, Ayo kita bersiap untuk mendaki gunung” seru ayah.

Syifa dan ayah memasuki gerbang pendakian. Dengan penuh semangat syifa melewati bebatuan dan jalan tanjakan.

“Ayah, Aku capek! Aku ingin di gendong.” kata syifa yang kelelahan
“Ayo semangat! Sedikit lagi kita akan sampai puncak. Ayah yakin syifa bisa sampai puncak. Syifa anak yang hebat.”
“Tapi, aku perlu istirahat dulu untuk mengisi tenaga”
“Disana ada tempat untuk beristirahat. Kita kesana yuk!” ajak ayah sambil terus memberi semangat kepada syifa.




Syifa dan ayah pun tiba di POS peristirahatan. Mereka menikmati cemilan yang sudah disiapkan oleh ibu. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan kembali.

“Sudah bersemangat lagi?”
“Sudah ayah, aku siap untuk mendaki gunung.” jawab syifa dengan semangat

Jalan berbatuan dan ratusan anak tangga mereka lewati. Sepanjang jalan ayah mengajak syifa untuk bernyanyi. Dari kejauhan sudah tampak hutan mati.

“3...2...1.. Yes! Anak tangga terakhir! Alhamdulillah kita sudah sampai di hutan mati. Puncak tertinggi di gunung ini.”

Ayah pun memeluk syifa.

“Alhamdulillah, kita sudah sampai. Syifa anak yang hebat dan petualang cilik ayah. Syifa mampu mengalahkan diri sendiri. Ayah bangga pada syifa.” seru ayah.


  

Comments

Popular Posts